More

    Tutorial DJango Bahasa Indonesia #1: Pengenalan dan Sejarah Perkembangannya

    Tutorial DJango Bahasa Indonesia #1: Pengenalan dan Sejarah Perkembangannya – Setelah sekian lama tidak menulis, kurleb sekitar 5 bulan dikarenakan kesibukan di real life akhirnya saya menyempatkan diri untuk menulis kembali. Ya, pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang koding lagi, karena memang beberapa bulan terakhirnya saya aktif kembali didalam dunia perngodingan. 

    Tutorial yang akan saya bahas pada seri ini adalah “Pembuatan website dengan menggunakan Framework Django” 

    apa itu django? 

    Django adalah sebuah framework full-stack untuk membuat aplikasi web dengan bahasa pemrograman Python. Framework akan membantu kita membuat web lebih cepat, dibandingkan menulis kode dari nol. Yang mana Full Stack artinya, kita dapat membuat website baik itu backend maupun frontend. Semua sisi (baik backend maupun frontend) dari web developer tersebut bisa kita bangun dengan menggunakan Django saja!

    History dan perkembangan django

    Pada tahun 2003, awalnya django dikembangkan untuk membuat website berita(newspaper).

    Setelah membuat beberapa website, orang-orang tersebut mulai membuat ulang kode-kode yang pernah mereka tulis dengan menerapkan beberapa design pattern. Lalu disebarkan sebagai project open source dengan nama “Django” pada bulan july 2005.

    Django kemudian semakin berkembang, lalu dirilis versi 1.0 pada bulan september 2008. Sekarang (2018) Django sudah mencapai versi 2.0.

    Berikut ini roadmap jadwal rilis Django:tutorial django

     

    Requirements:

    Sebelum memulai membuat aplikasi web dengan django, ada beberapa requirements yang harus dipenuhi, diantaranya:

    • Python. Anda bisa mengunduh python disitus resmi yaitu python.org
    • Virtualenv. Virtual env berfungsi untuk membuat lingkungan virtual yang terisolasi. Artinya antara 1 project dengan project lain akan mempunyai lingkungan yang terpisah. Karena setiap project mungkin saja untuk mempunyai library-library yang berbeda-beda.
    • PIP. adalah sebuah tool yang akan kita gunakan untuk manajemen paket python. Termasuk juga menginstall Django.

    Kelebihan dan kekurangan DJango Framework

    Kelebihan Django Framework

    1. Ditulis dalam bahasa python.

    karena django ditulis dalam bahasa python, maka anda juga akan menikmati beberapa kelebihan yang ditawarkan oleh python, seperti:

    • Portabilitas : Anda dapat melakukan porting kode ke berbagai platform.
    • Multi- paradigma : Python mendukung object-oriented programming.
    • Python dianggap lebih interaktif daripada bahasa pemrograman yang lain sehingga dapat membantu Anda untuk bisa lebih fokus pada penyelesaian tugas bukan pada sintaksis.

    2. Memiliki fitur untuk mempercepat proses development

    Django telah mengadopsi pendekatan “batteries included”. Hal ini berarti Django memiliki semua hal yang diperlukan untuk mengembangkan sistem secara lengkap serta menyelesaikan tugas-tugas umum dalam pengembangan seperti user authentication, URL routing, database schema migration, dan lain-lain.

    Jadi, segala macam kebutuhan untuk web development sudah disediakan oleh django.

    Django framework juga memiliki tools packages yang Anda butuhkan ketika harus bekerja dengan teknologi mutakhir seperti analsis data, teknologi  AI, serta machine learning. Framework ini mudah diatur dan digunakan untuk berbagai proyek.

    3. Aman.

    Fitur keamanan internal yang disediakan oleh Django framewrok dapat membantu pihak pengembang untuk melindungi aplikasi mereka dari berbagai serangan seperti cross-site scripting atau SQL injection. Django juga selalu melakukan update secara teratur dengan merilis patch keamanan baru untuk mempertahankan sistem keamanan aplikasi.

    4. Machine Learning

    Saat ini, django disukai banyak programmer yang bergerak di bidang machine learning.

     

    Kekurangan Django Framework

    1. No conventions

    Kebanyakan programmer tidak menyukai django karena tidak adanya coding conventions(gaya penulisan). Tidak seperti ruby, yang memiliki prinsip yang dapat diikuti oleh pengembang untuk pengembangan web. alhasil, hal tersebut dapat menyulitkan para developer baru bergabung ke dalam tim.

    2. Tidak untuk projek kecil

    Django framework tidak cocok untuk projek kecil yang hanya membutuhkan beberapa fungsi dan requirements saja. Django menggunakan banyak sekali library, sehingga apabila dijalankan, ia akan memanggil banyak sekali kode sehingga itu membutuhkan waktu dan bandhwidth yang lumayan besar.

    Intinya, jika kita membuat aplikasi dalam skala kecil, maka django bukanlah solusi yang tepat. Karena, django dibuat untuk scalable project yang membutuhkan banyak sekali fitur atau fungsi. Jika anda ingin membuat aplikasi dalam sekala kecil, anda bisa menggunakan framework lain seperti flask(python) atau Ruby on Rails(ruby).

     

    Situs-situs populer yang dibuat menggunakan Django

    1. EDX.ORG

    edX merupakan situs yang menyediakan kuliah online dari berbagai universitas top dunia. Sebut saja MIT, Harvard, University of Hongkong, Tsinghua University, The University of Tokyo, ikut ambil bagian di edX. Saya sampai beberapa waktu yang lalu belum mengetahui bahwa edX merupakan situs yang dibuat dengan Python. edX bahkan merilis kode mereka secara ke publik melalui laman github.com dengan nama Open edX. Sudah banyak sekali saat ini situs yang memanfaatkan Open edX (artikel tentang MongoDB University yang saya buat kemarin, situsnya juga menggunakan Open edX).

    2. Instagram

    Instagram adalah aplikasi berbagi foto, video dan situs jejaring sosial online yang memfasilitasi penggunanya untuk mengambil foto dan video serta membagikannya melalui beragam situs jejaring sosial lain seperti Facebook, Twitter, Tumblr, dan Flickr.

    Instagram sangat populer dikalangan pengguna internet khususnya pengguna smartphone karena mereka dengan mudah dapat mengambil beragam foto dan video dan langsung menggunggahnya ke Instagram. Foto atau video yang diunggah tersebut dapat pula dikomentari oleh orang lain.

    Instagram dibuat oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger pada tahun 2010. Karena kepopulerannya, pada tahun 2012 Instagram diakuisisi oleh Facebook senilai 1 juta dollar.

    3. Disqus

    Disqus adalah salah satu sistem diskusi paling populer di internet. Disqus dapat diintegrasikan kedalam wordpress, tumblr, blogger, drupal, atau langsung ke dalam situs pribadi melalui html dan javascript. Disqus sudah cukup lama dikembangkan oleh Daniel Ha dan Jason Yan dari tahun 2007. Saat ini Disqus dimiliki oleh Disqus Inc.

    4. Pinterest

    Pinterest adalah aplikasi web yang digunakan untuk mengumpulkan hal-hal yang menarik buat kita berdasarkan kriteria tertentu. Diluncurkan 4 tahun yang lalu, pinterest masuk ke dalam 30 situs yang paling banyak diakes di internet.

    Sebenarnya masih ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari django framework, untuk selengkapnya anda bisa baca sendiri di wikipedia

    Pada part berikutnya kita akan melakukan installasi-installasi yang diperlukan untuk proses web development. Seperti yang sudah saya sebutkan diatas.

    Jangan lupa untuk follow dan komen dibawah, karena pada part-part berikutnya saya akan membuat seri tutorial django dan membuat aplikasi web berdasarkan study case tertentu.

    So, stay tuned! YA!!

    Demikian tutorial django bahasa indonesia pada part #1.

    Selanjutnya : Tutorial Django Bahasa Indonesia #2: Installing Requirements

     

     

    Recent Articles

    [td_block_21]

    Related Articles

    Leave A Reply

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Dapatkan konten terbaik dari kami!

    [tdn_block_newsletter_subscribe input_placeholder="Masukkan Alamat Email..." btn_text="Subscribe" tds_newsletter2-image="730" tds_newsletter2-image_bg_color="#c3ecff" tds_newsletter3-input_bar_display="" tds_newsletter4-image="731" tds_newsletter4-image_bg_color="#fffbcf" tds_newsletter4-btn_bg_color="#f3b700" tds_newsletter4-check_accent="#f3b700" tds_newsletter5-tdicon="tdc-font-fa tdc-font-fa-envelope-o" tds_newsletter5-btn_bg_color="#000000" tds_newsletter5-btn_bg_color_hover="#4db2ec" tds_newsletter5-check_accent="#000000" tds_newsletter6-input_bar_display="row" tds_newsletter6-btn_bg_color="#da1414" tds_newsletter6-check_accent="#da1414" tds_newsletter7-image="732" tds_newsletter7-btn_bg_color="#1c69ad" tds_newsletter7-check_accent="#1c69ad" tds_newsletter7-f_title_font_size="20" tds_newsletter7-f_title_font_line_height="28px" tds_newsletter8-input_bar_display="row" tds_newsletter8-btn_bg_color="#00649e" tds_newsletter8-btn_bg_color_hover="#21709e" tds_newsletter8-check_accent="#00649e" embedded_form_code="YWN0aW9uJTNEJTIybGlzdC1tYW5hZ2UuY29tJTJGc3Vic2NyaWJlJTIy" tds_newsletter="tds_newsletter1" tds_newsletter3-all_border_width="2" tds_newsletter3-all_border_color="#e6e6e6" tdc_css="eyJhbGwiOnsibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjAiLCJib3JkZXItY29sb3IiOiIjZTZlNmU2IiwiZGlzcGxheSI6IiJ9fQ==" tds_newsletter1-btn_bg_color="#dd3333" tds_newsletter1-f_btn_font_family="406" tds_newsletter1-f_btn_font_transform="uppercase" tds_newsletter1-f_btn_font_weight="800" tds_newsletter1-f_btn_font_spacing="1" tds_newsletter1-f_input_font_line_height="eyJhbGwiOiIzIiwicG9ydHJhaXQiOiIyLjYiLCJsYW5kc2NhcGUiOiIyLjgifQ==" tds_newsletter1-f_input_font_family="406" tds_newsletter1-f_input_font_size="eyJhbGwiOiIxMyIsImxhbmRzY2FwZSI6IjEyIiwicG9ydHJhaXQiOiIxMSIsInBob25lIjoiMTMifQ==" tds_newsletter1-input_bg_color="#fcfcfc" tds_newsletter1-input_border_size="0" tds_newsletter1-f_btn_font_size="eyJsYW5kc2NhcGUiOiIxMiIsInBvcnRyYWl0IjoiMTEiLCJhbGwiOiIxMyJ9" content_align_horizontal="content-horiz-center"]